Selasa, 30 Desember 2008

HUMAN INVESTMENT SEBAGAI SOLUSI MUDAH MENGATASI KETERPURUKAN AIR POWER INDONESIA

Terasa naïf memang , ditengah keterpurukan multidimensional bangsa ini dengan masih memilih AIR POWER untuk di kupas dan dibahas dalam tulisan ini. Sangatlah mungkin akan banyak pihak yang menjadi berang manakala urusan - urusan dibidang pertahanan dibahas untuk memperoleh kemajuan yang significan tatkala banyak perut yang masih lapar karena memang perekonomian kita belum “maju jalan” dari fase “jalan ditempat “ yang begitu panjang. Tapi bukan pula tanpa alasan penulis mengambil tema diatas, dan bukan pula sebagai sentiment pribadi karena kebetulan mengais rejeki dibidang penerbangan dan sering merasa kurang “sreg” dengan kondisi AIR POWER bangsa tercinta ini. Sedikit menukil sebuah pernyatan dari yang terhormat Profesor Sondang P Siagian, “ Pembangunan Nasional Adalah Sine Qua Non, yaitu kegiatan bersifat multidimensional dimana tiap – tiap aspeknya saling terkait dan berhubungan satu dengan yang lain”. Sebagai contoh mudah saya mencoba “Merewind” kembali ingatan kita tatkala awal tahun dua ribuan dimasa pemerintahan Megawati Sukarno putri. Waktu itu pemerintah berencana memperbaharui pesawat pesawat TNI AU dan kapal - kapal perang TNI AL yang memang sudah banyak yang dimakan usia. Kala itu banyak sekali dan bahkan sebagian besar tokoh politik menentang dengan alasan klasik bahwa perekonomian lebih memerlukan perhatian dibanding membeli pesawat ataupun kapal perang. Dibalik itu semua, saya juga ingin mengemukakan data bahwa kurang lebih 2 milyar US Dolar negara kita dirugikan tiap tahunnya oleh kasus pencurian ikan dan itu berarti 1/3 dari potensi ekspor ikan kita telah diambil oleh nelayan asing, dimana potensi ekspor ikannya berkisar 6 milyar tiap tahunnya ( Data Departemen Kelautan dan Perikanan ). Yang tak kalah serunya adalah gejolak kaum – kaum separatis pengacau keamanan yang tak kunjung tuntas dibasmi yang menyebabkan investor asing enggan melirik Indosia sebagai lahan untuk menanam modal karena masih ragu dengan stabilitas keamanan dinegara ini. Dan satu lagi yang membuat saya trenyuh tatkala terjadi berbagai bencana alam yang bisa dikatakan beruntun dan acak diberbagai pelosok tanah air, dimana perekonomian di daerah bencana terasa susah untuk pulih sebagai akibat lambatnya bantuan karena keterbatasan dukungan pesawat maupun kapal angkut dari TNI sebagai sarana distribusi yang paling ideal.Bukankah cukup jelas bahwa kasus- kasus lemahnya sarana pertahanan bangsa ini berbanding lurus dengan lemahnya perekonomian, sehingga tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kita tidak mungkin mengesampingkan salah satu aspek dalam sebuah pembangunan multidimensional termasuk didalamnya pembangunan AIR POWER ( sebuah SINE QUA NON).

AIR POWER atau secara harfiahnya berarti kekuatan udara, lahir berbarengan dengan dikenalnya media udara sebagai sarana efektif untuk memperoleh keunggulan dimedan peperangan. Begitu pesatnya perkembangan Air Power ini sampai – sampai muncul pemikiran ekstrim dari seorang ahli bernama Stefan Posoni yang mengatakan desain tentang pertahanan cukup dengan membentuk angkatan udara saja, tidak lagi memerlukan angkatan darat dan laut. Terasa sangat ekstrim memang, tapi menilik keberhasilan Amerika menguasai Irak pada invasinya beberapa saat lampau terasa sangat gamblang bahwa AIR POWER berperan dominant, akan tetapi bukan berarti secara sah bisa dikatakann bahwa semuanya karena jasa angkatan udara saja, angkatan lain juga berperan hanya saja angkatan udaralah yang lebih dominant. Beberapa kesimpulan yang bisa ditarik tentang AIR POWER dari awal munculnya pendapat Posoni sampai gemilangnya Amerika menaklukkan irak adalah karakteristik dasar AIR POWER yang membuatnya unggul dari kekuatan pertahanan yang lain baik darat maupun laut adalah sebagai berikut:

1. Ketinggian ( height ) Kemampuan pesawat yang dapat beroperasi di atas suatu ketinggian berarti dapat melakukan observasi lebih baik dan lebih jauh dari pada sarana yang lain. Dengan ketinggian membuat pesawat mampu melihat apa yang terjadi didarat dan dilaut.

2. Kecepatan ( speed ) dengan kecepatan semakin besar memungkinkan tugas akan selesai dalam waktu yang lebih singkat dengan frekuensi yang lebih banyak. Selain itu mampu melaksanakan proyeksi kekuatan militer dengan cepat dan tepat ke daerah sasaran.

3. Jarak Jangkau ( range ) dengan media udara dan kecepatannya, tentu saja kekuatan udara mampu melaksanakan tugas dengan jarak jangkau yang lebih jauh, bahkan mampu melihat kegiatan musuh sampai kegaris belakang.

Selain ketiga kemampuan inti tersebut masih banyak kemampuan tambahan yang dapat diperoleh diantaranya daya hancur yang presisi serta kemampuan eksploitasi informasi yang memungkinkan kita unggul. Akan tetapi kemudian pernah saya temukan sebuah pernyataan yang maaf kalo boleh saya bilang “Samin” yaitu menganggap kekuatan perang ( atau dalam hal ini alat pertahanan ) sama sekali tidak dibutuhkan toh negara kita tidak sedang perang dan aman – aman saja. Mungkin saya bisa memahami bahwa sedikit orang yang masih belum mengerti bahwa kata – kata “perang” ataupun penjajahan yang bernuanasa imperialis sudah tidak bisa lagi diterjemahkan sebagai suatu invasi terbuka saja sepertihalnya Belanda menjajah Indonesia ataupun Amerika menaklukkan Irak. Pencurian kekayanan alam seperti ikan dan pasir laut atau bahkan pengakuan kepulauan – kepulauan luar Indonesia secara sepihak sangatlah “pas” dikatakan sebagai bentuk penjajahan modern. Tentu saja yang harus ditanyakan kenapa mereka sampai berani berbuat seperti itu terhadap bangsa ini ? tak lain tak bukan adalah karena lemahnya pengawasan kita terhadap wilayah yang membentang dari sabang dan merauke ini.

Seperti yang telah kita bahas diatas bahwa AIR POWER memiliki banyak keunggulan dalam mengemban misi pertahanan. Demikian halnya dengan kondisi wilayah Indonesia yang membentang luas dengan 17.000 pulau yang tersebar diwilayah perairan yang luas, AIR POWER dengan keunggulan dalam hal ketinggian,kecepatan dan jarak jangkau adalah jawaban yang tepat sebagai solusi masalah pertahanan yang harus digaris bawahi. Tapi tentu saja tanpa melupakan pembangunan di bidang yang lain dan memperhatikana dengan penuh kesadaran tentang kondisi moneter negara yang masih belum stabil, perlu diambil jalan tengah yang terbaik demi kepentingan bersama. Tidak perlu kita membangun AIR POWER secara instant layaknya di tahun enam puluhan dimasa pemerintahan Presiden Sukarno, dimana kita merasakan kejayaan sesaat sebagai maestro AIR POWER di seantero Asia Tenggara yang akhirnya runtuh sedikit demi sedikit karena embargo. Memang kita harus mulai meninggalkan kecenderungan kita terhadap sesuatu yang instan atau tanpa fondasi yang kuat karena memang sangat berbahaya dan rentan terhadap kehancuran. Secuil saya menceritakan kembali kisah kebangkitan Jepang pasca ledakan bom di Hirosima dan Nagasaki, kala itu pemerintah jepang sangat mencita- citakan negaranya kembali pulih seperti semula dan keluar dari keterpurukan akibat kalah perang. Bukan dengan berlomba- lomba mencari pinjaman luar negeri untuk memulihkan perkonomian. Akan tetapi pemerintah Jepang mengadakan program mengumpulkan para guru terutama para guru Taman Kanak – Kanak untuk memulihkan bidang pendidikan dan mencetak generasi penerus yang handal sebagai modal utama membangun negaranya kelak. Mereka bekerja keras mencetak generasi yang santun, bertanggung jawab dan nasionalis mulai dari TK dan Sekolah Dasar, kemudian memolesnya menjadi intelek – intelek muda berkualitas pada jenjang pendidikan selanjutnya.Dewasa ini bisa kita lihat betapa majunya Jepang dengan masyarakatnya yang intelek dan berdisiplin tinggi yang tentu saja itu bukan hasil kerja instant akan tetapi buah kerja keras mulai dari jenjang pendidikan Taman Kanak – Kanak. Inilah yang saya sebut sebagai “HUMAN INVESTMENT”, sebuah investasi tepat guna yang menuntut kerja keras dan tekad kuat serta jauh dari kesan “ WASTING MONEY “ tapi berpotensi mencetak dasar yang kuat dan modal yang berarti dalam sebuah upaya pembangunan.

Seperti kata pepatah “ Pengalaman Adalah Guru Yang Terbaik” dan dalam hal ini tentunya tidak harus “saklek” bahwa kita harus berguru pada pengalaman yang pernah kita peroleh sendiri.Lebih transparannya lagi, alahkah baiknya kita memanfaatkan taktik Jepang dengan HUMAN INVESTMENTnya sebagai “ obat “ untuk masalah air power di negara Indonesia ini dan dengan berpikir jauh kedepan serta mempertimbangkan sebuah teknologi yang potensial, layaknya Amerika Serikat yang memenangkan teknologi “Stealth” dan UAV ( Unmaned Air Combat Vehicle ) pada dekade saat ini setelah mereka menyadari sebuah potensi alat pertahanan generasi baru dan mengadakan berbagai riset mulai awal tahun delapan puluhan, hingga akhirnya sekarang menjadi negara paling sukses dengan pesawat siluman dan pesawat tanpa awaknya.Untuk itu ada baiknya Indonesia mulai memikirkan sebuah teknologi yang potensial untuk perkembangan AIR POWER dikemudian hari dan mulai mencetak tenaga – tenaga ahli sebagai pengembangnya.Indonesia harus mulai fokus untuk menciptakan tenaga – tenaga ahli sebagai sebuah investasi dengan memperbaiki kualitas pendidikan dan menimba ilmu serta tehnologi dari negara-negara yang lebih maju. Dengan banyaknya tenaga ahli di bidang tehnologi Dirgantara , Informasi dan Multi Media serta dengan lebih jeli menilik kecenderungan teknologi alat pertahanan masa depan melalui berbagai riset yang sungguh –sunguh, saya sangat yakin Indonesia dapat bangkit dari keterpurukan dan mencoba membangun kembali AIR POWERnya dengan basic yang kuat serta dengan kekuatannya sendiri tanpa bergantung kepada negara lain, yang tentunya dengan harapan akan berbanding lurus dengan perkembangan keamanan teretorial, perekonomian serta kesejahteraan .( KRISNAYOGI S.AP )


Senin, 29 Desember 2008

Kembang Api Pengecoh Pesawat Musuh

“KEMBANG API” tidak satupun orang di dunia ini yang tidak mengenalnya apalagi sampai tidak berdecak kagum saat menyaksikan pesta kembang api, terutama yang marak saat pergantian tahun. Berbagai rupa kembang api dari yang sederhana sebesar lidi dan dibakar anak - anak sampai yang berwarna warni hasil kreasi para ahli kembang api tetap saja menarik dan sayang untuk di lewatkan sebagai bumbu manis dalam setiap acara-acara pesta. Namun apakah pernah terlintas dibenak para penikmat kembang api tentang benda apa yang dibakar itu dan kenapa bisa menjadi indah dengan berbagai macam warna?

Jawaban yang pasti adalah “BAHAN KIMIA”. Mereka menambahkan bahan – bahan kimia kedalam bahan peledak , yakni bahan – bahan kimia yang dapat memancarkan warna tertentu ketika dibakar. Anda juga dapat mencobanya, semisal melemparkan bahan kimia yang dapat memancarkan api hijau kedalam tungku perapian untuk mendapatkan kesan lebih romantis dengan nyala api hijau.

Ketika anda melemparkan sebuah atom kedalam sebuah nyala api, atom itu dapat mengambil sebagian energi api dengan membuat elektron-elektronnya bergerak lebih cepat. Elektron – elektron berigas ini sebetulnya ingin ketingkat energi yang lebih santai / ground state. Cara termudah bagi mereka untuk melakukannya adalah dengan melepaskan energi berlebihan mereka dalam bentuk cahaya. Jika cukup atom dalam sebuah nyala api secara serentak mengambil energi panas dan melemparkannya kembali dalam bentuk cahaya, kita dapat menyaksikannya sebagai cahaya yang sangat terang.

Setiap jenis atom atau molekul pada awalnya memiliki seperangkat energi elektron yang unik. Maka, setiap jenis atom atau molekul dalam nyala api akan mengambil dan melemparkan kembali jumlah energi yang unik pula, Itulah sebabnya atom atau molekul yang berbeda akan memancarkan panjang gelombang atau warna cahaya yang berbeda. ( Dalam Bahasa Ilmiah : setiap atom atau molekul memiliki spektrum emisi unik masing – masing ). Sayangnya, bagi pabrik kembang api, kebanyakan atom dan molekul memancarkan cahaya dalam warna – warni yang tidak tampak oleh manusia: di daerah spektrum ulra ungu atau infra merah. Tapi bagai manapun, masih ada atom – atom unsur tertentu yang memancarkan warna – warna cemerlang dalam daerah spektrum cahaya nampak sehingga dapat kita nikmati.

Berikut ini beberapa jenis atom ( dalam bentuk senyawa kimia masing- masing ) yang digunakan untuk membuat warna – warna dalam kembang api. Merah : Stronsium dan lithium ( paling sering digunakan untuk membuat cahaya warna merah tua keunguan / atau warna crimson ). Kalsium untuk membuat warana kekuninagan. Natrium untuk membuat warna kuning juga. Barium untuk membuat warna hijau kekuningan. Tembaga untuk memebuat warana hijau zamrud. Telurium untuk membuat warna hijau rumput. Seng untuk membuat warna hijau keputihan. Arsenikum unutk membuat warna hijau muda. Selenium untuk membuat warna biru muda. Cesium unutk membuat warna ungu. Kalium untuk membuat warna ungu kebiruan. Kalium untuk membuat warna ungu kemerahan dan rubidium untuk membuat warna ungu.

Nah dari sekian warna yang bervariasi untuk mebuat kembang api sebagai sarana hiburan. Tampaknya boleh juga di coba untuk warna flare pada pesawat - pasawat tempur yang dibuat warna – warni sehingga membuat musuh terpesona dan lengah hingga akhirnya kita bisa selamat dari sergapan musuh. WHY NOT ??????

Selasa, 23 Desember 2008

Si Burung Kecil Di Tengah Amukan Sang Bengawan ( Kisah Crew Helly EC 120 B Colibri saat membantu korban banjir di sekitar Bengawan Solo)



“Dimusim hujan air meluap sampai jauh”…..demikian sebait lagu karya Gesang yang dengan merdunya melantunkan kebesaran Bengawan Solo yang terkenal diseantero Indonesia. Sungai besar sepanjang puluhan kilometer yang meliuk-liuk melintasi wilayah Jawa tengah sampai Jawa timur ini, pada masa dahulu sempat menjadi jalur perdagangan kapal-kapal besar para saudagar laiknya jalan tol pada jaman sekarang. Namun seiring dengan perkembangan dan pergeseran di semua lini perikehidupan, sungai yang sempat jaya di masanya itu tak lagi menjadi urat nadi jalur transportasi perdagangan dan bahkan hanya menyisakan bencana banjir besar akibat pendangkalan dan eksploitasi yang tidak benar terhadap sungai ini. Crew Helikopter Colibri yang tengah bertugas di madiun turut menjadi saksi betapa ganasnya luapan Sang Bengawan saat peristiwa banjir di awal tahun 2008 yang menyisakan kesedihan di balik kebesaran namanya yang telah mulai memudar.

Minggu sore diawal Januari 2008…..Sudah lebih 2 minggu Crew Helikopter Colibri melaksanakan tugas Stand by SAR mendukung pesawat tempur di Lanud Iswahyudi Madiun. Helikopter dari Skadron Udara 7 Kalijati ini diawaki oleh “ Duo Buddyright” Lettu Pnb Iwan Setiawan dan saya sendiri ( Lettu Pnb Krisnayogi ) dengan dibantu Serka Agus Edi dan Sertu Sunanto yang masing – masing bertindak sebagi Juru Montir Udara dan bagian Avionic. Seperti halnya hari libur di minggu sebelumnya masa – masa “idle” saat itu kami gunakan untuk sekedar bersantai membaca buku ataupun menonton televisi, terkecuali saya yang sejak jumat malam telah ijin untuk menengok keluarga di Jombang dan Kediri. Hujan gerimis dan lebat silih berganti mengguyur sejak sabtu pagi sampai minggu siang. Saya yang sudah bersiap – siap untuk kembali ke Madiun harus sabar menunggu hujan reda untuk berangkat menuju halte pemberhentian bus jurusan madiun. “ Casio” ditangan saya sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB disaat masih ngobrol dengan mertua menunggu hujan reda. Selang beberapa saat kemudian mendadak handphone saya berbunyi dan betapa terperanjatnya saya saat membaca SMS dari iwan yang mengabarkan bahwa air sungai Metro di wilayah madiun meluap akibat curah hujan yang terlalu lebat dua hari terakhir ini. Feeling saya mengatakan untuk tidak lagi menunggu hujan reda untuk segera bergabung dengan rekan yang lain di Madiun. Akhirnya dengan menerobos lebatnya hujan saya bergegas berangkat ke halte dan puji syukur tak lama waktu berselang, bis Sumber Kencono arah Surabaya Jogja via madiun datang dan siap mengantar saya ke Madiun. Sepanjang jalan hujan masih terus mengganas. Masuk wilayah pinggiran kota Madiun, daerah Nglames dan sekitarnya sudah terlihat terendam air walaupun belum sampai meluber sampai ke badan jalan. Sesaat sebelum bis yang saya tumpangi masuk terminal, iring- iringan truk Paskhas AU dan Brimob ramai melintas membawa pasukan SAR dan perahu karet. Jantung saya semakin berdegub kencang memburu perasan saya untuk segera berkumpul dengan crew yang lain dengan harapan apabila sewaktu-waktu ada misi di masa darurat akibat banjir, seluruh crew sudah lengkap dan siap untuk bergerak.

Senin pagi Januari 2008.....Sejak minggu sore disaat saya sudah bergabung dengan rekan yang lain sampai dengan senin pagi, kami terus memonitor radio yang tak henti hentinya berbunyi sarat komunikasi untuk mengkoordinir penanganan banjir dan sampai saat itupun belum ada perintah khusus untuk crew helly agar menjalankan misi. Namun seperti halnya jadwal rutin di setiap senin pagi, kami bersiap – siap melaksanakan terbang profisiensi sebelum pesawat tempur mulai latihan. Hari itu kami merencanakan terbang ke area khususnya ke daerah – daerah yang terlanda banjir untuk memantau situasi di lapangan dari atas. Lepas dari landasan menuju arah Ponorogo kami sengaja mengikuti aliran sungai Metro yang membentang mulai dari Ponorogo sampai Madiun dan bersatu dengan aliran Bengawan Solo di Ngawi. Beberapa menit mulai mengudara alangkah terperanjat kami saat melihat kenyataan di lapangan. Dari udara tampak jelas sepanjang aliran sungai bahkan melebar jauh dari daerah bantaran, rumah – rumah di pinggiran Ponorogo terendam sampai setinggi atap. Orang – orang melambai – lambai saat kami melintas dan terlihat menyelamatkan diri dengan menaiki atap rumah, Kubah Masjid atau tempat tinggi apa saja yang tidak terendam banjir. ” MasyaAllah”....bibir kami bergetar mengucap asma Allah melihat bencana nan begitu dahsyat. Taman kota Madiun di pinggir sungai Metro yang biasanya terlihat indah tampak seperti waduk dan hanya tugu pesawat Mig 17 Fresco yang kini tampak seperti sebuah pesawat yang terbang rendah di atas permukan air. Lepas dari madiun masuk daerah Ngawi, Colibri berputar – putar beberapa kali menyaksikan kota Ngawi yang terisolasi di sibukkan dengan kemacetan iring – iringan kendaran yang tidak bisa keluar ataupun masuk karena seluruh akses jalan dari Sragen, Madiun maupun ”Bypass” kearah Caruban terputus terendam luberan Bengawan Solo. Jembatan – jembatan besar rata bahkan terendam aliran sungai dibawahnya, tugu selamat datang di kota Ngawi terendam dan tampak perahu karet Paskhas melintas di bawahnya bahu membahu melaksanakan evakuasi warga korban banjir. Dari hasil pantauan kami lewat udara, masih banyak daerah – daerah yang belum terjangkau petugas SAR dikarenakan medan yang sulit dan terbatasnya peralatan untuk mengcover area yang terlanda banjir yang sangat luas meliputi Ponorogo, Madiun, Ngawi bahkan sampai ke Bojonegoro. Beruntung hari itu kami melaksanakan terbang profisiensi sehingga dapat mencatat perkembangan situasi maupun akses di seluruh daerah – daerah terendam banjir terutama daerah – daerah terpencil dan terisolasi yang dapat kami jangkau dengan helikopter namun belum ataupun sulit dijangkau perahu karet petugas SAR, data tersebut nantinya akan kami laporkan ke Satkorlak agar segera dicarikan solusi untuk penanganan selanjutnya.


Selasa sore dipertengahan 2008......Pesawat Colibri sudah mulai dilibatkan dalam misi penanggulangan dampak banjir, khususnya dalam misi dukungan logistik. Dan salah satu misi yang sangat berkesan adalah misi dukungan logistik di sebuah daerah diperbatasan Bojonegoro Lamongan, daerah Laren adalah ”saksi hidup” misi pada hari itu. Cuaca tetap kurang bersahabat hingga memaksa kami menghindari gumpalan – gumpalan awan untuk sampai ke daerah sasaran yang merupakan desa terisolasi akibat banjir yang sempat kami temukan pada penerbangan sebelumnya. Desa itu terletak di bantaran Bengawan Solo yang jauh dari pusat kota Bojonegoro maupun Lamongan dengan akses jalan darat yang telah luluh lantak diterjang derasnya air bah. Dari ketinggin desa itu tampak hanya seperti kumpulanan atap – atap rumah dan pepohonan yang terkepung derasnya jebolan aliran sungai yang tak henti – hentinya menggelontor dengan deras. Kami membatalkan niat kami semula untuk melepaskan bantuan dari udara karena khawatir logistik yang berupa Mie Instan berpuluh-puluh kardus akan banyak yang hanyut karena air belum surut dan masih mengalir dengan deras. Colibri sudah beberapa kali berputar- putar rendah sampai akhirnya sesaat kemudian saya melihat lahan kosong yang tersamar ditengah pohon – pohon tinggi. Lahan yang terendam air itu kurang lebih sebesar 2 kali lapangan voli dengan dikelilingi pepohonan tinggi, sekilas amat mirip dengan medan latihan yang sering kami ”jajal” di kalijati yang berupa spot – spot kecil di tengah lahan karet. Tanpa membuang waktu, Letnan Iwan ”Pilot in Comand” saat itu segera mengurangi ketinggian dan melaksanakan prosedure ”Hi Rece” dan ”Low Rece” untuk memastikan keamanan daerah yang akan kami darati tersebut. ” Wah becek, Yog...kumaha iye teh? ” Iwan berkata sedikit kecewa dengan logat Sundanya yang medhok. Namun dia tetap memutuskan untuk melaksanakan ” Dummy Approach” sebagai prosedure standard sebelum memutuskan untuk bisa landing ataukah tidak, dengan cara terbang pelan dan rendah melintas kurang lebih 50ft diatas spot. Iwan mengambil ancang – ancang melawan arah angin dan mengarah ke sudut diagonal dari lahan tegak lurus diantara dua celah pohon yang paling rendah dengan sedikit demi sedikit menurunkan ”altitude”. Heli mulai mendekat sampai akhirnya sekitar 50ft diatas spot, tiba – tiba Iwan berteriak kegirangan ” Bisa Yog” dan sesaat kemudian menambah power pesawat untuk ” Go Arround”( kembali terbang mencari ketinggian dan mengulangi ”Approach” untuk benar – benar landing diatas lahan tersebut). Ternyata saat ”Dummy Approach” dan passing diatas lahan, Iwan melihat sebidang tanah yang walaupun tidak tepat ditengah namun tidak becek karena posisinya yang relatif agak tinggi dan ditumbuhi rumput - rumput pendek. Heli kembali mendekati spot sampai akhirnya benar – benar telah ”mengambang” 3ft diatas tanah. Pelan – pelan ”Skid pesawat” menempel ditanah, dan sesaat setelah yakin pesawat tidak akan ambles, bantuan segera diturunkan. Kurang dari dua puluh menit bantuan selesai di turunkan. Sepatu dua anggota saya penuh berjibaku dengan lumpur saat menurunkan logistik, dari raut wajah keduanya menyorotkan rasa bahagia melihat warga yang penuh suka cita melambaikan tangan mengiringi saat – saat keberangkatan kami kembali ke Iswahyudi. Namun ternyata ketegangan belum berlalu. Tiba – tiba sesaat sebelum pintu pesawat mulai ditutup, seorang bapak tua belepotan lumpur disekujur tubuhnya berteriak menghampiri pesawat. Saya berteriak ke Serka Edi untuk turun lagi dan mencegah bapak itu mendekati pesawat. Tapi terlambat, bapak itu keburu dekat dan merangsek mendekati jendela pintu saya. Seketika saya buka jendela pintu pesawat dan mengisyaratkannya untuk menjauh. Bapak itu masih ngotot dan sambil dengan agak merunduk mengeluarka sesuatu dari kantong bajunya. Sambil tersenyum bapak itu menyodorkan sebungkus rokok Djarum 76 kretek. Dengan sedikit samar – samar terganggu suara deru mesin heli dan dari melihat mimik bibirnya, saya paham dia berkata ” Matur Suwun Pak”. Saya mengangguk menerima pemberiannya dengan haru dan diapun berlalu kembali kepinggir lahan kemudian melambaikan tangannya mengantar heli yanga mulai mengambang dan bergerak mengangkasa. Sebungkus rokok Djarum 76 kretek mungkin harganya tidak seberapa, namun ini sebuah kejutan yang tidak pernah kami kira sebelumnya yang mengajarkan kami semua tentang nilai sebuah ketulusikhlasa, rasa saling menghargai dan hubungan batin untuk tolong menolong antar sesama.

Amukan Bengawan Solo telah mengajarkan banyak hal pada kami. Pengalaman baru yang mengajarkan kami untuk lebih peduli pada ciptaan Tuhan, khususnya untuk menghargai alam sekitar serta memupuk maupun rasa kasih dengan orang lain disekitar kita. Di sisi lain kami juga mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang tentunya semakin meyakinkan kami bahwa dengan daya jangkau yang lebih luas dan akses kedaerah - daerah terpencil yang lebih mudah serta cepat, pemanfaatan alutsista udara khusunya Helikopter untuk mendukung misi kemanusiaan adalah solusi yang sangat tepat. Demikian halnya dengan EC 120 B Colibri yang pada dasarnya adalah heli latih multiguna adalah juga salah satu alutsista yang sangat strategis untuk digunakan saat terjadi bencana alam seperti halnya banjir. Seiring dengan perkembangan situasi dan mengacu pada prosedure yang ada, Colibri dapat digunakan untuk misi SAR terbatas, Angkut personil, Evakuasi medis, pemantauan dan pemotretan udara maupun dukungan logistic. Dengan sedikit mengubah posisi seat di kabin belakang yang memang di desain ”removable” , sekejab Colibri dapat disulap dari heli angkut penumpang nan cantik menjadi helly SAR ataupun ambulan udara yang gesit lengkap dengan blankar pasien dan tempat duduk paramedis. Dan yang lebih pentingnya lagi kemampuannya benar – benar sudah dipraktekkan dan teruji dilapangan pada situasi sesungguhnya alias ” battle proofment”. Seperti saat missi mengangkut anggota TNI yang terselang malaria di sebuah kompi terpencil di daerah Nangroe Aceh Darusalam pada tahun 2007 lalu ataupun contoh yang paling ”gress” adalah pengalaman kami diatas saat menjalankan misi dukungan logistik korban banjir di daerah terisolasi di Laren jawa timur, yang serta merta mampu membuktikan bahwa bentuk Colibri yang tidak terlalu besar bukan halangan untuk menjalankan misi dukungan logistik maupun evakuasi dan bahkan dengan bentuk kecilnya nan lincah Colibri sanggup menjangkau daerah – daerah kecil yang terisolasi

Senin, 22 Desember 2008

talkbox wah custom yogitaris

MEBUAT SENDIRI TALKBOX WAH

Menjadi seorang gitaris hampir menjadi impian banyak generasi muda dewasa ini. Namun tidak semudah membalik telapak tangan, karena untuk menjadi seorang gitaris selain skill yang mumpuni juga yang tak kalah penting membutuhkan peralatan yang tidak ketinggalan zaman untuk menunjang performa saat bermain gitar. Salah satunya adalah Talkbox yang saat ini sedang "ngetrend" dan didambakan para gitaris. Namun apadaya alat yang bagus ini harganya masih sangat mahal dan susah dicari apalagi dikota-kota kecil di Indonesia.Tapi bukan lantas kita harus berkecil hati, karena pasti ada jalan jika ada kemauan. Salah satunya yaitu dengan membuat sendiri alat ini dengan berbagai bahan yang sederhana dan dengan biaya yang murah.
Pada dasarnya Talk box adalah sebuah alat yang mengexploitasi suara gitar dengan menyalurkannya suara gitar lewat selang kedalam mulut kemudian oleh mulut suara itu diolah sehingga menyerupai effek wah yang kemudian suara ini ditangkap oleh microphone untuk bisa didengar hasil akhirnya lewat amplifier. Yang perlu disiapkan dalam membuat alat ini adalah selang sepanjang 2 meter, kotak spaeaker kecil tertutup yang kedap suara beserta speakernya, perangkat amplifier mini, microphone dan kabelnya, corong air tebal yang diameternya sama dengan bibir speaker tadi.
Cara membuatnya dengan memodifikasi kotak speaker dengan menutup bagian depannya dengan corong ( supaya rapat bisa dipakai seal dari lem ataupun karet) dan sambungkan selang keujung corong ( rekatkan dengan lem atau selotip plastik yang tebal). Setelah itu sambungkan suara gitar ( lebih baik bila sudah pake distorsi) dengan amplifier dan keluarkan suaranya lewat kotak speaker yang sudah kita modifikasi tadi, setelah itu masukkan selang lewat mulut dan tangkap suara yang keluar dari mulut dengan mic yang sudah disambungkan dengan amplifier gitar.
Yang perlu dijadikan catatan adalah kotak speaker harus benar2 kedap dan jangan sampai ada suara yang bocor(keluar) kecuali hanya dari ujung selang yang masuk ke mulut ( dulu saya malah pake gentong kecil yang mulutnya pas dengan speaker bulat..he.he.he karena benar2 kedap) dan mic harus dekat dengan mulut dan selang serta harus benar2 sensitif untuk menangkap suara yang keluar dari mulut.......yang terakhir pesan saya alat ini jangan dipinjem2in karena bisa bikin radang tenggorokan ( pengalaman pribadi saya dulu.he.he.he)...oh ya gambar akan menyusul ditampilkan